BERITAKEBUMEN.CO.ID - Angka stunting di Kabupaten Kebumen terbilang cukup tinggi, prosentasenya mencapai 19,20 persen. Dari total 53.083 balita di Kebumen yang terdata pada tahun 2019 ini, sekitar 10.291 diantaranya mengalami stunting. Potensi kasus stunting ini bisa bertambah, mengingat sebagian balita masih dalam proses pendataan.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kebumen dokter Hj Yohanita Rini Kristiani saat kegiatan Kampanye Gerakan Peduli Stunting di Hotel Candisari Karanganyar, Senin (7/10/2019). Hingga saat ini baru sekitar 63 persen balita di Kebumen yang terdata. Dimana 19,20 persen dari jumlah itu mengalami masalah kekurangan gizi kronis. Sedangkan, 37 persen balita lain masih dalam proses pendataan.
Masih Dokter Rini, target penurunan angka stunting di Kebumen sekitar dua persen setiap tahun. Namun demikian, upaya tersebut perlu dilakukan semua pihak bukan saja Dinas Kesehatan.
“Stunting ini bukan tanggung jawab Dinas Kesehatan semata tetapi juga pemerintahan desa dan masyarakat lain,” ungkapnya.
Kampanye Gerakan Peduli Stunting diikuti oleh 500 peserta yang terdiri atas para kepala desa se-Kebumen, Kepala Puskesmas di Kebumen dan OPD terkait. Hadir saat pembukaan Kepala BAP3DA Pudjirahaju, dan perwakilan pimpinan OPD lain.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kebumen Ahmad Ujang Sugiono mengatakan penanganan masalah stunting memang harus menggunakan pendekatan multisektor. Oleh karenanya, seluruh perangkat daerah, dunia usaha, profesi, instansi dan elemen lain mengambil peran dalam upaya penanggulangan stunting.
“Pejabat di wilayah, saya minta ikut memantau langsung ke lapangan bekerjasama dengan kepala desa dan lainnya memantau dan mendata semua bayi yang ada di wilayahnya. Saya ingin semua pertumbuhan bayi normal. Jika ada stunting, tolong diidentifikasi apa penyebabnya untuk ditangani bersama-sama,” tegasnya.
Tidak hanya bayi, lanjut Ujang, kondisi ibu hamil juga perlu dikawal, agar pertumbuhan janin di dalam rahimnya bisa sempurna. Masyarakat, utamanya para orang tua, harus diberikan pemahaman tentang pentingnya pemberian asupan gizi berimbang Pasalnya tidak orang miskin saja yang terancam kena stunting karena kurang gizi akibat kemampuan ekonomi yang terbatas.
“Orang kaya juga bisa kena karena tidak paham tentang asupan gizi yang sehat untuk anak-anaknya. Selain itu pernikahan dini juga harus terus dicegah. Karena rahim perempuan yang masih muda belum siap hamil. Sangat rawan untuk pertumbuhan bayi jika dipaksa hamil, akhirnya bisa stunting juga,” jelasnya.
(BK01/kbmudpt)
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kebumen dokter Hj Yohanita Rini Kristiani saat kegiatan Kampanye Gerakan Peduli Stunting di Hotel Candisari Karanganyar, Senin (7/10/2019). Hingga saat ini baru sekitar 63 persen balita di Kebumen yang terdata. Dimana 19,20 persen dari jumlah itu mengalami masalah kekurangan gizi kronis. Sedangkan, 37 persen balita lain masih dalam proses pendataan.
Masih Dokter Rini, target penurunan angka stunting di Kebumen sekitar dua persen setiap tahun. Namun demikian, upaya tersebut perlu dilakukan semua pihak bukan saja Dinas Kesehatan.
“Stunting ini bukan tanggung jawab Dinas Kesehatan semata tetapi juga pemerintahan desa dan masyarakat lain,” ungkapnya.
Kampanye Gerakan Peduli Stunting diikuti oleh 500 peserta yang terdiri atas para kepala desa se-Kebumen, Kepala Puskesmas di Kebumen dan OPD terkait. Hadir saat pembukaan Kepala BAP3DA Pudjirahaju, dan perwakilan pimpinan OPD lain.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kebumen Ahmad Ujang Sugiono mengatakan penanganan masalah stunting memang harus menggunakan pendekatan multisektor. Oleh karenanya, seluruh perangkat daerah, dunia usaha, profesi, instansi dan elemen lain mengambil peran dalam upaya penanggulangan stunting.
“Pejabat di wilayah, saya minta ikut memantau langsung ke lapangan bekerjasama dengan kepala desa dan lainnya memantau dan mendata semua bayi yang ada di wilayahnya. Saya ingin semua pertumbuhan bayi normal. Jika ada stunting, tolong diidentifikasi apa penyebabnya untuk ditangani bersama-sama,” tegasnya.
Tidak hanya bayi, lanjut Ujang, kondisi ibu hamil juga perlu dikawal, agar pertumbuhan janin di dalam rahimnya bisa sempurna. Masyarakat, utamanya para orang tua, harus diberikan pemahaman tentang pentingnya pemberian asupan gizi berimbang Pasalnya tidak orang miskin saja yang terancam kena stunting karena kurang gizi akibat kemampuan ekonomi yang terbatas.
“Orang kaya juga bisa kena karena tidak paham tentang asupan gizi yang sehat untuk anak-anaknya. Selain itu pernikahan dini juga harus terus dicegah. Karena rahim perempuan yang masih muda belum siap hamil. Sangat rawan untuk pertumbuhan bayi jika dipaksa hamil, akhirnya bisa stunting juga,” jelasnya.
(BK01/kbmudpt)