KEBUMEN, beritakebumen.co.id - Seorang pria asal Cilacap berinisial PU diduga telah melakukan penipuan terhadap ratusan jamaah pengajian di Kebumen. Tidak tanggung-tanggung, jumlah kerugian mencapai miliaran rupiah.
PU menipu para korban dengan modus penebusan dosa. Bahkan, ia mengaku sebagai Imam Mahdi.
Dalam praktik penipuannya, PU mendirikan Yayasan Debu Jalanan dengan membawa nama besar Tarekat Al Barokah di Desa Logede Kecamatan Pejagoan. Para jamaah, dimintai infak dengan jumlah variatif yang harus disetorkan ke yayasan. Bahkan hingga menghabiskan harta benda yang dimiliki jamaah.
Dikutip dari kebumen24.com, M Sachudin, ahli waris Tarekat Al Barokah mengaku geram atas aksi penipuan dengan mengatasnamakan penebusan dosa tersebut. Mirisnya, empat saudaranya turut menjadi korban. Tidak hanya itu, kepada para jamaah PU mengaku sebagai Imam Mahdi.
“Tidak hanya ngaku wali, ini sampai mengaku sebagai Imam Mahdi,” kata Sachudin warga Desa Kedungwinangun Kecamatan Klirong, Senin 17 Mei 2021.
Sachudin menjelaskan, mulanya PU mengaku ingin menyelamatkan Pondok Pesantren Al Barokah dengan mendirikan koperasi. Namun seiring berjalannya waktu, hal ini dimanfaatkan untuk menipu jamaah dengan iming-iming masuk surga melalui mekanisme yayasan yang dibuatnya.
“Wong pondok segede (Pondok sebesar) itu mau dibawa ke Logede dengan dalih menyelamatkan,” keluhnya.
Ajaran yang disampaikan PU, lanjut Sachudin, menekankan infak dalam jumlah besar. Disisi lain, bagi jamaah yang ingin berhaji tidak perlu bertolak ke Mekah. Sepengetahuan Sachudin, PU menyampaikan ke para jamaah jika bisa berhaji di Desa Logede Kecamatan Pejagoan karena ruh Ka’bah dan Hajar Aswad telah dipindah ke lokasi tersebut.
“Tarekat itu ngaku-ngaku Tarekat Al Barokah, dan disitu hanya untuk mencari dunia oleh pendirinya. Masa ko ya ada tuh Hajar Aswaj dipindah kesitu dan jama’ahnya bisa berhaji disitu,” terangnya.
Sachudin menerangkan, ajaran Tarekat Al Barokah tidaklah seperti yang disampaikan PU. Tarekat mengkaji tingkah laku diri sendiri yakni “Jimat Kalimah Sada”. Yaitu selamat dunia akhirat dengan dunia yang cukup buat ibadah, pendidikan dan makan. Penyimpangan yang terjadi, diakuinya sangat merugikan tarekat.
“Tidak hanya dirugikan tapi dirampok,” tegasnya.
Memang di tarekat sendiri para jamaah diajarkan untuk berinfaq, akan tetapi hanya semampunya dan tidak memaksakan. Berbeda yang diajarkan oleh yang diajarkan di padepokan tersebut, yang diwajibkan menyetorkan seluruh harta benda para jamaahnya.
“Rata rata yang ikut dalam pengajian adalah jamaah baru dan belum tahu sama sekali dengan ajaran dari Tarekat Al Barokah yang asli,” imbuhnya.
Terkait kejadian tersebut, Sachudin meminta kepada pihak terkait dalam hal ini Kepolisian, MUI dan juga Kemenag dapat mengecek kebenaran dari ajaran Tarekat Al Barokah di Desa Logede. Dirinya berharap, masalah tersebut bisa segera diselesaikan dan mengembalikan kebesaran dan ajaran asli Tarekat Al Barokah.
“Harapannya bisa segera selesai dan bisa kembali ke ajaran yang asli dan tidak menyimpang,” pungkasnya.