Mbah Sarmo, 30 Tahun Bertahan Menjadi Pengrajin Gerabah Tanah Liat. (Foto: YPermana) |
KEBUMEN, beritakebumen.co.id - Desa Gebangsari sudah dikenal masyarakat Kebumen sebagai Kampung Gerabah, sejak zaman dahulu. Gerabah Gebangsari memiliki kekhasan tersendiri, yakni warnanya yang merah serta teksturnya yang keras dan permukaannya yang kasar.
Sejak dahulu pula, mayoritas warga Gebangsari bermata pencaharian sebagai pengrajin gerabah, salah satunya Mbah Sarmo.
Mbah Sarmo sudah mendedikasikan dirinya sebagai pengrajin gerabah sejak 1988 silam. Sempat merantau dan menjadi pagawai toko pakaian, Mbah Sarmo akhirnya memutuskan untuk pulang dan menjadi pengrajin gerabah kecil-kecilan.
Video Kisah Mbah Sarmo
Pada awalnya, Mbah Sarmo merintis usaha kerajinan gerabah itu berdua dengan istrinya. Proses pembentukan gerabah dilakukan oleh istrinya, sedangkan ia membantu merapikan dan menjajakan gerabah yang sudah jadi dengan berkeliling. Mbah Sarmo bahkan berkeliling menjajakan gerabah buatannya menggunakan sepeda hingga ke daerah-daerah di Kecamatan Adimulyo. Selain berkeliling, ia juga memasok stok gerabah di beberapa toko.
“Kalau keliling begitu habis terus, pulang dapat beras dapat uang, ya seneng lah, nggak berasa capek” ujar Mbah Sarmo dengan ceria.
Mbah Sarmo memang memiliki pembawaan yang ceria dan penuh semangat. Selama 30 tahun berkutat menjadi pengrajin gerabah, ia sama sekali tidak pernah mengeluh apalagi berpikir untuk berganti pekerjaan. Dia mengaku sudah mantap dan yakin ingin menekuni kerajinan gerabah sejak awal memulai usahanya. Terlebih lagi melihat model gerabah yang bermacam-macam, hal itu menjadikan dirinya tidak pernah merasa bosan dan semakin bersemangat menekuni aktivitasnya.
Suka duka pun sudah ia lalui selama menjalani profesinya sebagai pengrajin gerabah. Menurut Sarmo, gerabah rusak akibat hujan sudah menjadi hal yang biasa terjadi ketika musim penghujan datang.
“Rasanya susah sekali, sedih. Lagi mbakar, belum saatnya matang, eh turun hujan. Karena nggak ada atapnya ya, jadi tiap musim hujan banyak yang rusak. Tapi sekarang sudah ada tempat pembakaran seperti ini, sudah enak, bisa mbakar kapan saja” Kata Sarmo.
Saat ini, usaha kerajinan gerabah miliknya sudah berkembang. Ia tidak lagi berkeliling dengan sepeda dan sudah memiliki 5 karyawan yang membantu proses produksi gerabah. Bahkan kini ia tidak hanya memasok di toko-toko saja, namun juga memiliki pelanggan tetap dari Magelang, Wates, hingga Jepara yang mengambil stok gerabah dari tempatnya.
Gerabah yang diproduksi di tempat Mbah Sarmo terdiri dari berbagai macam jenis dan ukuran. Ukuran paling besar berupa guci. Selain itu, ia juga memproduksi padasan (tempat wudhu), perabot dapur, dan juga pot bunga beragam ukuran. Pot bunga menjadi produk terlaris saat ini, mengingat trend hobi yang sedang berkembang adalah tanaman hias.
Namun, saat ini ia sedikit menyayangkan keadaan di mana pengrajin gerabah semakin berkurang jumlahnya. Padahal menurutnya, jika ditekuni, usaha ini cukup menjanjikan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Apalagi daerah Gebangsari sudah terkenal dengan daerah produsen gerabah bermutu tinggi.
“Dulu, hampir semuanya (warga desa) produksi gerabah. Penjualannya juga bagus, apalagi kalau bulan puasa. Biasanya ke daerah pantai gitu buat jualan keren (tungku tradisional), dandang, kendi, sama perabotan lainnya” ungkap Sarmo sambal matanya menerawang ke masa lalu, “tapi sekarang kok dilihat-lihat gerabah semakin hilang, yang bikin semakin berkurang” pungkasnya.
Sarmo berharap orang-orang yang bisa dan berkeinginan untuk menjadi pengrajin gerabah agar “bergerak” kembali. Dia juga berharap ada pihak yang mempromosikan gerabah Gebangsari agar semakin dikenal masyarakat luas, serta dapat menambah kuantitas permintaan pesanan. Dengan begitu, ia berharap gerabah Gebangsari semakin terangkat dan menambah pemasukan warga desa.
“Saya juga berharap anak muda mau belajar bikin gerabah, jadi pengrajin gerabah, agar kerajinan ini tidak hilang, tidak punah. Ada penerusnya lah, begitu. Tidak perlu malu jadi pengrajin gerabah. Toh ini pekerjaan yang halal, bisa buat mata pencaharian juga” pesan Mbah Sarmo kepada kawula muda. (YPermana/Nisa)