KEBUMEN, beritakebumen.co.id - Tradisi "Ingkungan" warga Dusun Kuwarisan, Kelurahan Panjer, Kecamatan Kebumen tahun ini tetap berlangsung meriah, ribuan warga membuat nasi ingkung untuk dibawa ke Masjid Banyumudal, Kuwarisan.
Bagi masyarakat Kebumen mungkin sudah banyak yang mengetahui tradisi ingkungan yang ada Dusun Kuwarisan, Panjer. Ini merupakan tradisi yang sudah lama, turun menurun yang setiap setahun sekali diadakan, yakni di bulan Sura atau Muharam, tepatnya hari Jumat Kliwon sesuai penanggalan Jawa.
Acara ingkungan yang khas dengan tradisi Jawa ini dipusatkan di Masjid Banyumudal. Kemeriahan terasa sejak Jumat siang sehabis Shalat Jumat. Warga mengarak tumpeng ingkung. Kirab dimulai dari halaman Kantor Kelurahan Panjer. Kemudian, menyusuri Jalan KH Hasyim Asy'ari menuju Masjid Banyumudal.
Ada tujuh tumpeng ingkung yang dikirab dari Kelurahan Panjer, sementara ribuan warga sudah memadati area Masjid Banyumudal untuk mengikuti rangkaian acara, yakni tahlil dan doa bersama, sekaligus Haul Syaikh Ibrahim Asmoroqondi, seorang ulama yang dulu dikenal membuka dukuh Kuwarisan dan menyebarkan Islam di sana.
Selain dihadiri para tokoh masyarakat dan alim ulama, tradisi ingkungan ini juga dihadiri Bupati Arif Sugiyanto. Sebagai warga asli Kuwarisan, Panjer, pihaknya pun menyambut baik acara ini, yang setiap tahun diadakan.
"Ini tradisi dari sejak saya kecil, bahkan sebelum saya lahir ini sudah ada. Dan patut bersyukur sampai saat ini masih ada terus diwarisi oleh generasi selanjutnya," ujar Bupati di Masjid Banyumudal, Jumat (12/8).
Lebih lanjut, Bupati mengatakan kegiatan tersebut dapat menjadi wahana memperkuat tekad dan semangat para penerus, keturunan, dan seluruh masyarakat Kuwarisan Kelurahan Panjer. Terutama dalam meneladani laku hidup Syaikh Ibrahim Asmorokondi.
"Insya Allah ini memberikan arti bagi upaya peningkatan keimanan dan ketakwaan umat Islam di Kabupaten Kebumen, kita semua bisa mengambil manfaat positif dari setiap kegiatan ini," ujar Bupati.
Pada kesempatan itu, Bupati turut membawa 20 ingkung ayam bersama istri dan keluarganya, dan dibagikan kepada para ketua RT dan RW di Dukuh Kuwarisan.
Sementara itu, Tino Sidik Ketua RT 03/RW 10 mewakili warga Dukuh Kuwarisan menyatakan, kegiatan Ingkungan tidak pernah mandeg. Bahkan pada saat Covid-19 sedang berada pada titik puncak, kegiatan ini tetap diadakan.
"Tidak pernah mandeg. Dua tahun kemarin pada saat Covid-19 tetap diadakan oleh masyarakat. Ini sudah kaya menjadi kewajiban dimana pada Jumat Kliwon di bulan Muharam warga Kuwarisan setiap KK bikin ingkung," tuturnya.
Ingkung merupakan ayam yang dimasak dengan bumbu yang komplit ditambah dengan kuah santan yang kental. Dalam tradisi ini juga disediakan nasi tumpeng, dan lengkap dengan sayuran dan lauk pauk yang lain, seperti telur, dan tempe.
Setiap keluarga atau keturunan asli Dusun Kuwarisan yang sudah berumah tangga, baik yang di Kebumen maupun yang di luar daerah wajib membuat tumpeng ingkung.
Bahkan tak jarang dari mereka yang berada dari luar daerah mudik ke kampung halaman untuk ikut memperingati tradisi yang disakralkan itu. Jika tak sempat mudik, mereka menitipkan uang kepada sanak keluarga di kampung untuk membuatkan tumpeng ingkung atas nama dirinya.
Ingkung tidak boleh dimakan sebelum didoakan oleh imam masjid, setelah didoakan ingkung ayam dibawa pulang kembali ke rumah masing-masing untuk dimakan bersama sanak keluarga.
Selain untuk memupuk kebersamaan, silaturahmi dan berbagi, warga percaya, tradisi ini sebagai 'penolak bala'. Karenannya orang di sini masih percaya jika tidak membuat ingkung, bisa mendapat bahaya.
"Ya kalau soal percaya, ya percaya, memang dari dulu ada keyakinan kalau ada warga Kuwarisan yang tidak buat ingkung, nantinya bisa kena bahaya gitu. Itu menjadi tradisi kami yang patut dihargai sebagai bentuk kearifan lokal," tandas Tino.
(bk/kab)-----------------------------
Ikuti Berita Kebumen di Google News