Tas estetik dari limbah plastik bungkus kopi dan minuman sachet. (Foto: Rahmat) |
KEBUMEN, beritakebumen.co.id - Plastik bekas bungkus kopi dan aneka minuman sachet hanya akan menjadi limbah tak berguna bahkan dapat mencemari lingkungan. Namun jika diolah sedemikian rupa bisa menjadi sesuatu yang berguna bahkan bernilai ekonomi.
Itulah yang dilakukan oleh KPM PKH Desa Adikarso, Kasiyatun dan Mungawiyah, yang berhasil menyulap limbah bungkus plastik kopi dan minuman sachet menjadi beragam kerajinan seperti tas, tempat tisu, taplak meja hingga topi. Dari situ, KPM pun mendapatkan penghasilan tambahan.
Mengetahui adanya potensi dari KPM tersebut, Pendamping PKH Desa Adikarso, Iis Nur Ngajizah, menginisiasi pelatihan pembuatan aneka kerajinan dari limbah plastik minuman di Kelompok Kayuapu, Desa Adikarso, Kecamatan Kebumen, Selasa (18/7/2023).
Kasiyatun dan Mungawiyah, narasumber yang juga merupakan anggota kelompok tersebut pun tak pelit berbagi ilmu kepada KPM lainnya.
Kasiyatun mengaku mulai membuat tas dari bungkus kopi sejak 2017. Saat itu ia menganggur, lalu ia belajar membuat kerajinan dari limbah bungkus minuman sachet. Setelah bisa menghasilkan karya, ia pun menjual hasil kerajinanya. Mulanya, ia menjual hasil karyanya berupa tas tas kecil dan taplak meja secara perorangan kepada kenalan.
"Biasanya dijual ke orang, teman teman kenalan saja. Dulu malah pernah diminta buat tikar yang besar." Ujar kasiyatun.
Sementara itu Mungawiyah punya cerita berbeda. Awal mula dirinya belajar membuat kerajinan tas dari bungkus sachet minuman karena dahulu ia bekerja sebagai penjaga warung kopi.
Melihat banyaknya bungkus kopi yang terbuang, ia merasa sayang. Kemudian mulailah belajar membuat kerajinan dari bungkus kopi.
"Dulu kan saya kerja di warung kopi. Sambil nunggu pelanggan iseng-iseng bikin-bikin tas." Ujar mungawiyah.
Sebanyak 30 KPM serius mengikuti pelatihan sembari praktek langsung. Mereka nampak sudah cukup mahir melipat dan merangkai sachet bekas minuman hingga menjadi kerajinan tas, tempat tisu, taplak meja hingga topi.
Itu karena, Iis menjelaskan, pelatihan ini sudah beberapa kali dilakukan saat Pertemuan eningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) di kelompok tersebut. Tujuannya agar semua anghota kelompok bisa membuat kerajinan yang ada ahirnya bisa menjadi sumber penghasilan tambahan bagi mereka.
"Kalau pas PK kan waktunya gak cukup, biasanya ibu-ibu melanjutkan membuat kerajinan di luar waktu PK. Semisal di sore hari sambil bersantai." ujar Iis.
Dalam mendampingi, Iis memberikan masukan agar hasil produksinya dapat lebih baik dan meningkatkan nilai jual.
Harga jual hasil kerajinan tersebut bervariasi mulai ribuan hingga puluhan ribu tergantung jenis dan modelnya. (mat)
-----------------------------
Ikuti Berita Kebumen di Google News