KEBUMEN, beritakebumen.co.id - Embung Giritirto di Dusun Era, Desa Giritirto, Kecamatan Karanggayam, Kebumen mengalami kerusakan cukup serius. Padahal embung yang dibangun dengan dana APBD sebesar Rp 2,42 miliar itu belum sempat difungsikan.
Embung seluas 1 hektare itu sedianya dibangun untuk memenuhi kebutuhan air domestik dan irigasi pertanian bagi warga desa di wilayah perbukitan utara Kebumen. Namun sayang proyek miliaran rupiah itu kini terbengkalai dan sudah rusak sebelum difungsikan.
“Pada awalnya, warga berharap embung ini akan mengatasi kesulitan air selama musim kemarau. Saat embung selesai dibangun, kami senang melihat air mengisi embung. Namun, sangat disayangkan bahwa embung ini sudah rusak sebelum sempat difungsikan.” ujar Sugito, Kepala Desa Giritirto.
Penyebab dari rusaknya embung tersebut belum dapat disimpulkan, namun ada dugaan karena faktor alam.
Penyebab dari rusaknya embung tersebut belum dapat disimpulkan, namun ada dugaan karena faktor alam.
Kondisi itu pun telah diketahui dan mendapat respon dari Buati Kebumen Arif Sugiyanto. telah melakukan pengecekan terkait kondisi embung Giritirto Kecamatan Karanggayam yang rusak, disebut-sebut karena faktor bencana. Meski demikian hal itu tengah ditelusuri lebih lanjut.
Bupati menuturkan saat melakukan pengecekan bersama Dinas PUPR, BPBD, Camat dan Kades setempat, terlihat embung Giritirto mengalami kerusakan yang cukup parah, terutama di bagian dinding, sehingga tidak bisa berfungsi.
"Pada saat pembangunan saya sempat melakukan kroscek di lapangan, dan saya lihat pembangunan cukup baik. Pada saat penyerahan saya juga ke sana, embung sudah terisi air, kanan kiri sudah ada jalan setapak cukup bagus," ujar Bupati di Pendopo Kabumian, Rabu (23/8).
"Terkait adanya laporan masyarakat mengenai kerusakan embung yang parah, saya sudah meminta Inspektorat Daerah untuk melakukan pemeriksaan. Inspektorat juga sudah meninjau ke lokasi, dan Insya Allah akan segera dilakukan pemeriksaan," ujarnya.
Adapun soal penyebab kerusakan, pihaknya mengatakan belum bisa menyimpulkan apakah karena bencana atau karena faktor lain.
"Nanti Inspektorat yang akan menyampaikan, kerusakan ini kapan? Kenapa? Ini yang akan didalami Inspektorat," terangnya.
Sementara itu, Kepala Dinas PUPR Joni Hernawan menambahkan, pengerjaan proyek embung Giritirto pertama kali dimulai pada 2018, namun gagal karena pihak pengembang atau penyedia jasa merasa tidak sanggup.
"Karena tidak sanggup melanjutkan, akhirnya gagal putus kontrak, penyedia jasa tidak sanggup melanjutkan atau tidak kredibel, sehingga tidak ada pembayaran karena tidak bisa melanjutkan," ujarnya.
Kemudian pada 2019 pembangunan embung Giritirto direncanakan kembali, 2020 dianggarkan, dan 2021 dilaksanakan pembangunan dengan anggaran Rp2,4 miliar. Penyedia jasa yang mengerjakan berbeda dengan sebelumnya di 2018.
"Tahun 2022 dilaporkan rusak, tidak bisa dipakai, karena tidak bisa diisi air," ucapnya.
Soal penyebab kerusakan, Joni juga mengaku belum tahu persis apa penyebabnya, apakah karena faktor bencana atau karena faktor lain.
"Pastinya belum tahu, masih akan dilakukan pendalaman," jelasnya. (mat/kab/ku)