Acara yang digelar di Markas Besar (Mabes) Titik Kumpul, Jalan Jatijajar No. 16, Demangsari, Kecamatan Ayah, berlangsung santai dan penuh makna.
Pemutaran Film "Legiun Tulang Lunak"
Agenda dibuka dengan pemutaran film "Legiun Tulang Lunak: 20 Centimeters per Year".
Baca Juga : Kapolres Kebumen Ajak Media Bersinergi untuk Kemajuan Daerah
Film ini menjadi pintu masuk untuk memperkenalkan perjalanan panjang Hysteria selama dua dekade berkecimpung dalam ekosistem seni-budaya.
Diskusi Hangat Tentang Konsistensi Komunitas
Usai nonton bareng, acara berlanjut dengan sesi diskusi. Hadir sebagai narasumber Yuswinardi dari Kolektif Hysteria dan Ufi Khasiful Aqli dari Titik Kumpul, dengan Ade Okta sebagai moderator.
Karena audiens yang hadir sebagian besar berasal dari Komunitas Titik Kumpul, diskusi lebih banyak membahas dinamika perjalanan Kolektif Hysteria yang tetap bertahan sejak 2004 hingga hari ini.
Ade Okta melontarkan pertanyaan penting soal rahasia ketahanan Hysteria:
"Di Komunitas Titik Kumpul sendiri, keutuhan-keutuhan komunitas makin hari makin terkikis, sedangkan Hysteria dari 2004 sampai dengan 2025 Kolektif Hysteria masih bisa langgeng, itu gimana mas yus?” tanyanya.
Regenerasi: Kunci Kelangsungan Kolektif
Menjawab pertanyaan itu, Yuswinardi menekankan pentingnya regenerasi dalam komunitas.
"Kami sadar meregenerasi bukan lah suatu hal yang mudah, tapi kami sadar bahwa itu harus, kalau nggak gitu apa yang kami bayangkan akan terputus.” jelasnya.
Baca Juga : Kisah Muhammad Tri Sakti: Seorang Karyawan Bergaji 5 Juta yang Memilih Jadi Penjual Ketoprak
Menurut Yus, komunitas yang mampu bertahan lebih dari lima tahun umumnya telah melewati masa kritis. Namun tantangan sesungguhnya adalah mempertahankan ketahanan di tengah perbedaan visi, motivasi, hingga rasa jenuh antar anggota.
"Kan Titik Kumpul sudah berusia 7 tahun, nah biasanya kalau udah kelewat 5 tahun itu sudah melewati fase kritis, setelah itu tinggal ketahanan aja yang membuktikan.” imbuhnya.
Bagi Yus dan tim Hysteria, kolektif bukan sekadar organisasi, melainkan seperti pasangan hidup yang harus dijaga.
"Kolektif bagi kami (Kolektif Hysteria) tuh kayak istri, jadi kami menikahi kolektif tidak terbayangkan kalau kami tidak ngopeni kolektif.” ujarnya.
Meskipun aktivitas mereka sering dipandang sebelah mata oleh orang luar, mereka tetap konsisten berkarya karena memiliki makna mendalam bagi diri sendiri.
Menurut Yus, komunitas yang mampu bertahan lebih dari lima tahun umumnya telah melewati masa kritis. Namun tantangan sesungguhnya adalah mempertahankan ketahanan di tengah perbedaan visi, motivasi, hingga rasa jenuh antar anggota.
"Kan Titik Kumpul sudah berusia 7 tahun, nah biasanya kalau udah kelewat 5 tahun itu sudah melewati fase kritis, setelah itu tinggal ketahanan aja yang membuktikan.” imbuhnya.
Kolektif Seperti Pasangan Hidup
Bagi Yus dan tim Hysteria, kolektif bukan sekadar organisasi, melainkan seperti pasangan hidup yang harus dijaga.
"Kolektif bagi kami (Kolektif Hysteria) tuh kayak istri, jadi kami menikahi kolektif tidak terbayangkan kalau kami tidak ngopeni kolektif.” ujarnya.
Meskipun aktivitas mereka sering dipandang sebelah mata oleh orang luar, mereka tetap konsisten berkarya karena memiliki makna mendalam bagi diri sendiri.
Baca Juga : AXS Kebumen Rayakan Anniversary ke-8 dengan Semarak, Dihadiri 600 Peserta
“Akhirnya kami balik lagi bikin program, bikin kegiatan yang kami juga tau itu tidak ada nilainya apa-apa bagi orang lain, tapi bagi kami itu penting meski bagi orang lain itu tidak penting,” timpalnya.
Dari proses panjang tersebut, Hysteria menyadari bahwa karya-karya komunitas harus berdampak nyata.
"Akhirnya kami menemukan hal baru, bahwa apa yang kita lakukan harus berimpact. akhirnya kami memutuskan untuk masuk ke kampung-kampung untuk menularkan gagasan untuk berdaya, setelah proses panjang itu bagaimana kami tetap bisa konsisten,” pungkasnya.
Tour Bandeng Keliling membawa misi besar: berbagi pengalaman 20 tahun Hysteria dalam bentuk film dan buku.
“Akhirnya kami balik lagi bikin program, bikin kegiatan yang kami juga tau itu tidak ada nilainya apa-apa bagi orang lain, tapi bagi kami itu penting meski bagi orang lain itu tidak penting,” timpalnya.
Dari Konsistensi Menuju Dampak Nyata
Dari proses panjang tersebut, Hysteria menyadari bahwa karya-karya komunitas harus berdampak nyata.
"Akhirnya kami menemukan hal baru, bahwa apa yang kita lakukan harus berimpact. akhirnya kami memutuskan untuk masuk ke kampung-kampung untuk menularkan gagasan untuk berdaya, setelah proses panjang itu bagaimana kami tetap bisa konsisten,” pungkasnya.
"Bandeng Keliling": Berbagi Dua Dekade Perjalanan
Tour Bandeng Keliling membawa misi besar: berbagi pengalaman 20 tahun Hysteria dalam bentuk film dan buku.
Baca Juga : Komunitas Motor Ninja Purworejo Berikan Bantuan Untuk Renovasi Musholla
Tour ini mengunjungi 30 titik di pulau Jawa dan Bali, sekaligus menjadi bagian dari Event Strategis Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenkebud RI) 2025 melalui dukungan Dana Indonesiana.
Di setiap pemberhentian, Hysteria berharap bisa menginspirasi komunitas lokal untuk tetap solid, kreatif, dan berdampak di tengah tantangan zaman.
-----------------------------
Ikuti Berita Kebumen di Google News
Tour ini mengunjungi 30 titik di pulau Jawa dan Bali, sekaligus menjadi bagian dari Event Strategis Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenkebud RI) 2025 melalui dukungan Dana Indonesiana.
Di setiap pemberhentian, Hysteria berharap bisa menginspirasi komunitas lokal untuk tetap solid, kreatif, dan berdampak di tengah tantangan zaman.
-----------------------------
Ikuti Berita Kebumen di Google News