Patung Biawak Setinggi 7 Meter di Wonosobo Viral, Disebut Mirip Aslinya dan Hanya Habiskan Rp 50 Juta

Patung Biawak Setinggi 7 Meter di Wonosobo Viral, Disebut Mirip Aslinya dan Hanya Habiskan Rp 50 Juta

Foto. @studiorejoarianto


KEBUMEN, beritakebumen.co.id - Sebuah patung biawak raksasa di Desa Krasak, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo, menjadi sorotan netizen. Dengan tinggi mencapai 7 meter dan tampilan yang dinilai sangat mirip dengan aslinya, Patung biawak ini viral di media sosial.

Patung biawak Wonosobo Mirip Asli dan Berdiri Gagah di Pinggir Jalan


Patung biawak tersebut berdiri megah di tengah jalan nasional yang menghubungkan Wonosobo dan Banjarnegara. Tidak sedikit pengguna jalan yang berhenti sejenak hanya untuk berfoto bersama patung ini.

Baca Juga : Viral Gadis Kecil Yatim Ngamen Pakai Kostum Badut Almarhum Ayahnya

Unggahan tentang patung ini mulai ramai setelah beberapa akun di Instagram dan X (dulu Twitter) membandingkannya dengan patung-patung lain di beberapa daerah, seperti patung gajah, tugu pesut, dan patung penyu.

Patung biawak Wonosobo Viral karena Dinilai Hemat Biaya


Salah satu yang mencuri perhatian adalah informasi biaya pembuatannya. Dalam unggahan akun X @jawafess, disebutkan bahwa patung biawak hanya menelan biaya Rp 50 juta, jauh lebih murah dibanding patung lain yang menghabiskan anggaran miliaran rupiah.

Patung biawak Wonosobo Merupakan Gagasan dari Pemuda Karang Taruna


Pembuatan patung ini diinisiasi oleh pemuda karang taruna desa setempat dan pembuatannya dinahkodai oleh seniman asli Wonosobo bernama Arianto (@studiorejoarianto). Ketua Karang Taruna Kecamatan Selomerto, Ahmad Gunawan Wibisono, menjelaskan bahwa ide pembuatan patung biawak ini muncul dari kegiatan Karang Taruna yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan.

Baca Juga : Kronologi Viralnya Pemotor Plat AA Kebumen Acungkan Jari Tengah ke Rombongan Sepeda

"Patung biawak ini tingginya 7 meter. Dulu awalnya pas kita Karang Taruna Kecamatan Selomerto bersama Karang Taruna Desa Krasak membuat acara lingkungan hidup. Dari situ muncul gagasan untuk membuat patung yang ikonik. Karena dari dulu di sini itu banyak biawak, jadi akhirnya membuat patung biawak," ujarnya saat ditemui di lokasi patung biawak, Senin (21/4/2025), dikutip dari detik.com

Patung ini dibuat oleh seniman lokal dari Wonosobo dan hanya memerlukan waktu sekitar 1,5 bulan. Meski begitu, pembangunan taman di sekitar patung masih dalam proses.

Patung biawak Wonosobo Menggunakan Anggaran dari CSR, Bukan Dana Desa


Terkait informasi soal sumber dana, Ahmad mengaku tidak tahu pasti jumlah anggaran yang digunakan. Namun ia memastikan bahwa Karang Taruna hanya sebagai penerima manfaat dan anggaran berasal dari Pemerintah Kabupaten Wonosobo.

Baca Juga : Pemancing Viral yang Lepaskan Penyu Dapat Hadiah dari Bupati Kebumen

Kepala Desa Krasak, Supinah, juga meluruskan informasi yang beredar. Ia membantah penggunaan Dana Desa untuk proyek ini.

"Di media sosial memang disebutkan menggunakan Dana Desa itu tidak benar. Itu dari CSR jadi pemuda Karang Taruna di sini mengajukan ke Pemkab Wonosobo dan dicarikan dana CSR," ujarnya, dikutip dari detik.com

Patung biawak Wonosobo menjadi Simbol Desa dan Identitas Lokal


Supinah mengaku bangga dengan keberadaan patung biawak di desanya. Selain menarik perhatian publik, keberadaan patung ini sekaligus menjadi pengingat bahwa biawak sudah lama menjadi bagian dari identitas Desa Krasak. Bahkan, nama "Krasak" sendiri konon punya hubungan erat dengan keberadaan hewan reptil tersebut.

Apa yang bisa kita ambil dari Viralnya Patung Biawak Wonosobo?


Patung biawak di Desa Krasak bukan sekadar karya seni yang viral. Di balik tampilannya yang realistis dan anggarannya yang terjangkau, ada semangat gotong royong, kepedulian terhadap lingkungan, serta kecintaan pada identitas lokal.

Untuk masyarakat, ini bisa menjadi pengingat bahwa siapa pun bisa berkontribusi memajukan desanya, bahkan dari hal sederhana seperti menjaga lingkungan atau mengangkat cerita lokal yang khas. Inisiatif kecil yang dilandasi kecintaan terhadap kampung halaman, ternyata bisa berdampak besar dan menjadi kebanggaan bersama.

Bagi pemerintah, patung biawak ini bisa menjadi contoh nyata bahwa pembangunan yang baik tak selalu harus mahal. Dengan anggaran sekitar Rp50 juta saja, sebuah karya seni yang realistis dan membanggakan bisa berdiri megah di tengah desa. Hasilnya pun tak main-main—disebut mirip aslinya dan viral karena kualitasnya.

Jika dengan dana yang terbatas saja bisa menghasilkan sesuatu yang maksimal, mengapa harus ada pengeluaran bermiliar-miliar yang terkadang hasilnya justru jauh dari ekspektasi, bahkan di luar logika?

Di sinilah pentingnya nilai kejujuran dan transparansi dalam setiap proses pembangunan. Ketika semua pihak bisa jujur dan amanah, dana-dana yang sebelumnya “menggelembung” bisa dialihkan untuk program yang lebih menyentuh langsung kebutuhan masyarakat. Karena sesungguhnya, keberhasilan pembangunan bukan hanya soal anggaran besar, tapi tentang integritas dan niat tulus untuk menghadirkan manfaat nyata.
-----------------------------
Ikuti Berita Kebumen di Google News
Previous Post Next Post